Mati di pekan ke-7


Hari-hari berjalan begitu berat,
kupaksa terus melangkah walau remuk seluruh badanku,
malam-malamku selalu berisik,
setiap celah hening yang ada pasti terselip kegelisahan tentang "mau jadi apa aku ini?".

Harap orang tuaku sangatlah besar,
hampir saja meledakkan kepalaku,
aku tidak menyalahkan hal itu,
aku anak laki-laki mereka satu-satunya.

Tapi belakang kurasa aku tak mampu lagi,
walau terus kupaksakan melangkah,
jiwaku terus merontah-rontah.

Aku seperti orang bingung,
bahkan hampir saja aku tak mengenali aku sendiri,
dan dari semua yang kujalani,
hanya satu yang kutahu pasti,

"ma, anakmu tidak setangguh itu, maaf"

Bagus Abady,
Daya, Oktober 2022



Share:

0 Comments:

Posting Komentar